Simbol-simbol dalam acara pernikahan
Kompleksitas upacara perkawinan adat Batak Toba meliputi peran subyek dan objek yang terlibat di dalamnya. Kompleksitas upacara perkawinan dapat dijelaskan dalam 5 (lima) pokok permasalahan: dua jenis yang berbeda, garis keturunan, keluarga, suku, dan tempat tinggal.
Uniknya, dalam ritus perkawinan adat Batak Toba, selain kedua mempelai juga dilibatkan seluruh perangkat masyarakat. Perbedaannya, peran-peran dalam rangkaian upacara perkawinan adat Batak Toba selalu terkait dengan tiga kedudukan utama dalam adat: dongan-sabutuha / dongan-tubu, hulahula, dan boru (konsep DALIHAN NATOLU ).
Simbolis pernikahan
Pernikahan adalah suatu hal yang sakral dan penting dalam kehidupan dua insan yang bertukar ikrar, termasuk keluarga mereka yang akan menyatu melalui kedua mempelai. Saat memutuskan untuk mengarungi kehidupan pernikahan, umumnya, kedua orangtua mempelai akan menyematkan harap untuk kedua mempelai. Setiap suku memiliki adat dan kebiasaan masing-masing. Tak terkecuali dalam adat Batak. Dalam pernikahan adat Batak, ada banyak tata aturan dan simbol. Dalam simbol-simbol tersebut, tersemat harap dan doa dari keluarga, kerabat, dan handai taulan.
“Dalam prosesi perkawinan Batak diusahakan untuk memperlihatkan simbol yang disajikan secara artistik dengan perpaduan unsur seni gorga Batak, seni tenun Ulos Batak, seni vokal, seni gerak tari, dan perangkat-perangkat perkawinan Batak.”
Dalam prosesi pernikahan budaya Batak, ada beberapa simbol yang dipergunakan. Berikut adalah beberapa hal umum di antaranya:
Tunggal Panuluan
Merupakan tongkat pusaka yang biasa dipakai saat Martonggo berdoa untuk memohon berkat kepada Sang Khalik.
Ampang Jual Sibuhai-buhai
Merupakan hantaran keluarga dari mempelai lelaki pada saat menjemput mempelai wanita. Didalamnya terdapat makanan adat yang akan dimakan bersama oleh keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai laki-laki (Suhut Bolon) sebelum acara besar adat dimulai.
Tandok Boras Sipirnitondi
Merupakan simbol yang dibawa oleh pihak hula-hula (keluarga mempelai perempuan) dalam sistem kekerabatan Dalihan Natolu Batak. Golongan hula-hula adalah golongan yang diberi kedudukan terhormat, saluran berkat kepada keluarga Boru (mempelai laki-laki).
Golongan yang lain dalam Dalihan Natolu adalah Dongan Sabutuha dan Boru. Boras sipirnitondi artinya adalah beras restu. Biasanya dibawa oleh penari, ditaruh di atas kepala dalam sebuah wadah dari rajutan jerami.
Pinggan Pasu Panungkunan
Piring adat untuk memulai pembicaraan adat perkawinan Batak yang disampaikan juru bicara (raja parhata) keluarga mempelai wanita, berisi beras, sirih, dan uang 4 lembar.
Ulos Hela (Ulos mempelai laki-laki)
Simbol perkawinan Batak yang paling tinggi nilainya. Diselimutkan oleh orangtua mempelai wanita kepada kedua mempelai pada saat acara berlangsung. “Saat pemberiannya pun tidak boleh sembarangan. Tangan yang memberikan harus bersentuhan dengan yang diberikan. Sebagai restu dan hangat orangtua kepada keduanya. Ulosnya disatukan tepat ditengah-tengah, di depan kedua mempelai,” jelas Ibu Martha kepada Kompas Female. Pada prosesinya, Ayah yang akan menyelimutkan ulos ini akan berkata-kata dan memberikan wejangan kepada kedua mempelai, menjelaskan makna dari ulos tersebut.
Tempat Sirih Bermote
Biasanya, sebelum upacara dimulai, keluarga mempelai wanita menawarkan Sekapur Sirih kepada keluarga mempelai laki-laki. Pada acara pertunjukkan tersebut, terdapat beberapa tarian yang mengiringi prosesi, diiringi lagu-lagu tradisional. Prosesi semacam ini biasanya sudah dimodifikasi dan dipersingkat. Dalam prosesi adat semacam ini, terlihat betapa melepaskan anak dalam pernikahan adalah hal yang cukup penting. Lewat tari-tarian, prosesi, dan simbol-simbol, terlihat hal tersebut.
Demikian simbol yang utama dalam suatu acara pernikahan dalam adat batak toba.
Kompleksitas upacara perkawinan adat Batak Toba meliputi peran subyek dan objek yang terlibat di dalamnya. Kompleksitas upacara perkawinan dapat dijelaskan dalam 5 (lima) pokok permasalahan: dua jenis yang berbeda, garis keturunan, keluarga, suku, dan tempat tinggal.
Uniknya, dalam ritus perkawinan adat Batak Toba, selain kedua mempelai juga dilibatkan seluruh perangkat masyarakat. Perbedaannya, peran-peran dalam rangkaian upacara perkawinan adat Batak Toba selalu terkait dengan tiga kedudukan utama dalam adat: dongan-sabutuha / dongan-tubu, hulahula, dan boru (konsep DALIHAN NATOLU ).
Simbolis pernikahan
Pernikahan adalah suatu hal yang sakral dan penting dalam kehidupan dua insan yang bertukar ikrar, termasuk keluarga mereka yang akan menyatu melalui kedua mempelai. Saat memutuskan untuk mengarungi kehidupan pernikahan, umumnya, kedua orangtua mempelai akan menyematkan harap untuk kedua mempelai. Setiap suku memiliki adat dan kebiasaan masing-masing. Tak terkecuali dalam adat Batak. Dalam pernikahan adat Batak, ada banyak tata aturan dan simbol. Dalam simbol-simbol tersebut, tersemat harap dan doa dari keluarga, kerabat, dan handai taulan.
“Dalam prosesi perkawinan Batak diusahakan untuk memperlihatkan simbol yang disajikan secara artistik dengan perpaduan unsur seni gorga Batak, seni tenun Ulos Batak, seni vokal, seni gerak tari, dan perangkat-perangkat perkawinan Batak.”
Dalam prosesi pernikahan budaya Batak, ada beberapa simbol yang dipergunakan. Berikut adalah beberapa hal umum di antaranya:
Tunggal Panuluan
Merupakan tongkat pusaka yang biasa dipakai saat Martonggo berdoa untuk memohon berkat kepada Sang Khalik.
Ampang Jual Sibuhai-buhai
Merupakan hantaran keluarga dari mempelai lelaki pada saat menjemput mempelai wanita. Didalamnya terdapat makanan adat yang akan dimakan bersama oleh keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai laki-laki (Suhut Bolon) sebelum acara besar adat dimulai.
Tandok Boras Sipirnitondi
Merupakan simbol yang dibawa oleh pihak hula-hula (keluarga mempelai perempuan) dalam sistem kekerabatan Dalihan Natolu Batak. Golongan hula-hula adalah golongan yang diberi kedudukan terhormat, saluran berkat kepada keluarga Boru (mempelai laki-laki).
Golongan yang lain dalam Dalihan Natolu adalah Dongan Sabutuha dan Boru. Boras sipirnitondi artinya adalah beras restu. Biasanya dibawa oleh penari, ditaruh di atas kepala dalam sebuah wadah dari rajutan jerami.
Pinggan Pasu Panungkunan
Piring adat untuk memulai pembicaraan adat perkawinan Batak yang disampaikan juru bicara (raja parhata) keluarga mempelai wanita, berisi beras, sirih, dan uang 4 lembar.
Ulos Hela (Ulos mempelai laki-laki)
Simbol perkawinan Batak yang paling tinggi nilainya. Diselimutkan oleh orangtua mempelai wanita kepada kedua mempelai pada saat acara berlangsung. “Saat pemberiannya pun tidak boleh sembarangan. Tangan yang memberikan harus bersentuhan dengan yang diberikan. Sebagai restu dan hangat orangtua kepada keduanya. Ulosnya disatukan tepat ditengah-tengah, di depan kedua mempelai,” jelas Ibu Martha kepada Kompas Female. Pada prosesinya, Ayah yang akan menyelimutkan ulos ini akan berkata-kata dan memberikan wejangan kepada kedua mempelai, menjelaskan makna dari ulos tersebut.
Tempat Sirih Bermote
Biasanya, sebelum upacara dimulai, keluarga mempelai wanita menawarkan Sekapur Sirih kepada keluarga mempelai laki-laki. Pada acara pertunjukkan tersebut, terdapat beberapa tarian yang mengiringi prosesi, diiringi lagu-lagu tradisional. Prosesi semacam ini biasanya sudah dimodifikasi dan dipersingkat. Dalam prosesi adat semacam ini, terlihat betapa melepaskan anak dalam pernikahan adalah hal yang cukup penting. Lewat tari-tarian, prosesi, dan simbol-simbol, terlihat hal tersebut.
Demikian simbol yang utama dalam suatu acara pernikahan dalam adat batak toba.
Hanya butuh 1 ID bisa main 8
BalasHapusJenis Permainan dan menjadi Jutawan.
Ayo Gabung bersama kami Bosku.
arena-domino.net
Buktikan Sendiri Bossku!