Sejarah dan Indentitas Batak
Mari kita mengenal tentang suku
Batak mulai dari asal usulnya,adat istiadatnya,mengapa suku batak suka merantau
meninggalkan kampung halamanya dan segala sesuatu yang lainya tentang suku
batak.
Asal usul suku
Batak sangat sulit untuk ditelusuri dikarenakan minimnya Situs peninggalan
sejarah yang menceritakan tentang suku Batak,maka sering dikatakan menelusuri
asal usul suku Batak adalah orang yang kurang kerjaan.tapi bagi saya nggak jadi
masalah dikatakan kurang kerjaan karena ada pepatah mengatakan “tak kenal
makanya tak sayang” dan juga jangan seperti “kacang lupa pada kulitnya”. Dengan
mengutip dari berbagai sumber termasuk tulisan diberbagai blog dan juga
searching di dunia maya.
Arti Batak sampai sekarang belum dapat di jelaskan
secara pasti dan memuaskan. Menurut J, Warneck, Batak berarti “Penunggu kuda
yang lincah”, tetapi menurut H.N. Van der Tuuk, Batak berarti “kafir”
Orang Batak termasuk ras Mongoloid
Selatan yang berbahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak
pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti
arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia
sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum).
Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum
(Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek
moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara di zaman logam. Pada abad ke-6,
pedagang-pedagang Tamil asal India
mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara.
Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman.
Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas
ekspor di samping kemenyan.
Menurut
versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa Orang Batak berasal dari Thailand
yang menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai
ke Sianjur Mula mula dan menetap disana. Sedangkan dari prasasti yang ditemukan
di Portibi yang bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof.Nilakantisari seorang Guru
Besar ahli Kepurbakalaan yang berasal dari Madras,India menjelaskan bahwa pada
tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah
Barus.pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang-orang
Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yang bermukim di Barus pada
masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yang terdapat di India.
Si Raja Batak
diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13)
Raja Si Singamangaraja ke-XII diperkirakan keturunan Si Raja Batak generasi ke-19 yang wafat pada tahun 1907 dan anaknya Si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Dari temuan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari Si Raja Batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Barus karena pada abad ke-12 yang menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya di Palembang. Akibat dari penyerangan kerajaan Cola ini maka diperkirakan leluhur Si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari Sinilah kemungkinan yang dinamakan Si Raja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang atau boleh jadi Si Raja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba, Simalungun, Tanah Karo, Dairi sampai sebagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya ke daerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.
Raja Si Singamangaraja ke-XII diperkirakan keturunan Si Raja Batak generasi ke-19 yang wafat pada tahun 1907 dan anaknya Si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Dari temuan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari Si Raja Batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Barus karena pada abad ke-12 yang menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya di Palembang. Akibat dari penyerangan kerajaan Cola ini maka diperkirakan leluhur Si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari Sinilah kemungkinan yang dinamakan Si Raja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang atau boleh jadi Si Raja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar Danau Toba, Simalungun, Tanah Karo, Dairi sampai sebagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya ke daerah Portibi disebelah selatan Danau Toba.
Pada akhir abad
ke-12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Sriwijaya sampai
ke daerah Pane, Haru, Padang Lawas dan sekitarnya yang diperkirakan termasuk
daerah kekuasaan Si Raja Batak Serangan dari kerajaan Majapahit inilah
diperkirakan yang mengakibatkan Si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga
masuk kepedalaman disebelah barat Pangururan ditepian Danau Toba,daerah
tersebut bernama Sianjur Mula Mula dikaki bukit yang bernama Pusuk
Buhit,kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombonganya. Terdesaknya Si
Raja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit kemungkinan erat hubunganya
dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya dipalembang karena seperti pada perkiraan
di atas Si Raja Batak adalah kemungkinan seorang Penguasa perang dibawah
kendali kerajaan Sriwijaya. Sebutan Raja kepada Si Raja Batak bukanlah karena
beliau seorang Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya ataupun
keturunanya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti2 yang
menunjukkan adanya sebuah kerajaan yang dinamakan kerajaan Batak.
R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum
abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan
sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah
itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan,
atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari
satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan,
bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi
pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah
"Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing.
Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra
pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang
baik Karo
maupun Simalungun
mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya
kelompok-kelompok tersebut.
Terbentuknya masyarakat
Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena
adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian
penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan
dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka
Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di
Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat
Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil.
Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman
Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk
menguasai Barus.
Suku Batak
sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga2 batak diberi
gelar Raja sebagai gelar penghormatan,juga makam-makam para leluhur orang Batak
dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu peringatan. Tugu
ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan
generasi muda akan silsilah mereka. Didalam sistim kemasyarakatan suku Batak
terdapat apa yang disebut dengan Marga yang dipakai secara turun temurun dengan
mengikuti garis keturunan laki laki, ada sekitar 227 nama Marga pada suku
Batak.
Didalam buku Tarombo Borbor Marsada dikatakan bahwa
Si Raja Batak memiliki 3(tiga )orang anak yaitu:
-GURU TATEA BULAN (Si Raja Lontung)
-RAJA ISOMBAON (Si Raja Sumba)
-TOGA LAUT.
-GURU TATEA BULAN (Si Raja Lontung)
-RAJA ISOMBAON (Si Raja Sumba)
-TOGA LAUT.
Ketiga anak Si Raja Batak inilah
yang diyakini meneruskan tampuk pimpinan Si Raja Batak dan asal mula
terbentuknya marga-marga pada suku Batak.
Apabila ada saudara-saudara yang
memiliki dokumen sejarah tentang Suku Batak Silahkan mengkoreksi atau
melengkapi tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar